Oleh: Pater Steph Tupeng Witin, SVD
Luk 6: 43-49.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kebiasaan, sifat, tindak tanduk dan perilaku anak tidak jauh berbeda atau sama dengan orangtuanya.
Pepatah klasik itu mengingatkan semua orang agar lebih bijaksana dalam melakukan sesuatu.
Orang tentu saja sangat mengharapkan agar pikiran, perkataan dan perbuatan selalu baik dan bijaksana. Semua itu akan menjadi “cahaya” bagi orang lain, teristimewa anak-anak.
Tindakan yang kita ekspresikan secara konkret sesungguhnya menarasikan “kedalaman” atau kualitas perbendaharaan hati kita.
Tuhan bersabda: “Tidak ada pohon baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri orang tidak memetik buah ara. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaan hatinya yang jahat” (Luk 6:43-45).
Di tanah Palestina waktu itu, Pohon Ara merupakan kesukaan semua orang. Pohon Ara (ficus carica), yang tumbuh subur di daerah Mediterania, termasuk tanah Palestina, yang melambangkan kesuburan, damai sejahtera dan kemakmuran. P
ohon Anggur, sebaliknya, menjadi lambang sukacita karena minuman anggur yang dihasilkannya. Semak duri hanya cocok untuk bahan bakar di dalam rumah tangga.
Pohon yang baik pasti disukai karena ia menghasilkan kegembiraan dan sukacita. Pohon yang hanya membiakkan semak duri tinggal menunggu waktu untuk dikumpulkan orang lalu dibuang ke dalam api yang bernyala-nyala.
Tuhan sesungguhnya menghendaki agar hidup kita memancarkan kesesuaian antara kata-kata dan perbuatan. Kata-kata atau ucapan itu adalah buah yang meluap dari dalam hati.
Tapi lidah memang tidak bertulang. Kata-kata tidak selalu bisa dipegang atau selarasa dengan perbuayan nyata. Maka keselarasan dan kesesuaian antara kata dan tindakan akan menjadi standar untuk menguji kualitas karakter diri kita.
Kata-kata mesti memancarkan kebaikan hati dan tindakan adalah pelaksaan dari kata-kata itu. Hal itulah yang akan membuat orang semakin percaya dan menghargai peran serta keterlibatan kita. Kita mendapatkan buah dari hidup sosial.
Artikel Terkait
Renungan Kamis, 07 September 2023: Bertolak ke Tempat yang Dalam
Renungan, Jumat, 08 September 2023: Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria: Tuhan Terlibat
Renungan Sabtu, 09 September 2023: Melawan Formalisme Agama
Renungan Minggu Biasa XXIII, 10 September 2023: Penjaga Saudara
Renungan Senin, 11 September 2023: Kesalehan Sosial
Renungan Selasa, 12 September 2023: Jalan Menuju Tuhan
Renungan Rabu, 13 September 2023: Melawan Ketidakadilan Sosial
Renungan Kamis, 14 September 2023: Salib: Jalan Keajaiban Allah
Renungan, Jumat, 15 September 2023: Perempuan Tanpa Ketakutan