• Selasa, 3 Oktober 2023

Pentakosta dan Kisah Berbahasa Kita (Satu Perenungan di Hari Raya Pentakosta)

- Minggu, 28 Mei 2023 | 10:42 WIB
Pater Kons Beo SVD
Pater Kons Beo SVD

 

Kons Beo, SVD

“...Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupah Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh terjadi demikian”

(Yakobus 3:9-10)

“Selama Masa Adven kita seperti orang-orang yang berkumpul di sekeliling ranjang, menunggu kelahiran. Tetapi kedatangan Tuhan bukan sekedar kelahiran seorang anak, melainkan datangnya sabda. Katakanlah kedatangan suatu bahasa…” Yesus, adalah Pribadi ilahi, Sabda yang berinkarnasi. “Firman yang telah menjadi Manusia dan diam di tengah-tengah kita.”

Baca Juga: KALENDER LITURGI, Minggu Pentakosta, 28 Mei 2023: Bacaan Injil, Yoh 20:19-23

Hidup, Pribadi Yesus, dan seluruh peristiwa hidup Yesus terangkum dalam Kisah Berbahasa yang agung. Baik dalam bahasa lisan dalam segala pengajaranNya, maupun melalui bahasa tindak, sikap dan perbuatanNya.

Kisah agung berbahasa dalam Yesus itu, dalam tantanan manusiawi, membawa setiap manusia kepada dua hal mendasar. Pertama, untuk menyapa manusia untuk kembali sebagai citra Allah sendiri. Sebab itulah ‘bahasa Yesus adalah bahasa belaskasih, pengampunan, penerimaan, pemahaman, memanggil pulang.’

Kedua, bahasa Yesus itu adalah bahasa yang ‘memperjumpakan manusia satu sama lain.’ Itulah bahasa komunio, bahasa persatuan. Yesus mengajarkan dan menunjukkan sikap bahwa ‘manusia harus saling menerima.’ Kunci pengajaran dan bahasa utama yang diterima kita manusia dari Tuhan adalah Bahasa Kasih. Dalam bahasa dan tindak Kasih selalu ada keberanian untuk merangkum dan merangkul dunia dan sesama.

Baca Juga: KALENDER LITURGI, Minggu Pentakosta, 28 Mei 2023: Bacaan II: 1Kor 12:3-7.12-14

Tetapi, apakah bahasa Yesus itu menjadi bahasa keseharian manusia? Tantangan demi tantangan serta kejatuhan ‘dalam berbahasa tutur dan berbahasa sikap kerap menjadi panorama gulita hidup manusia. Kita bisa memakai bahasa Rasul Paulus sebagai ‘bahasa keinginan daging’ : percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan,  roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal 5:19-21).

Dalam dunia yang semakin berkembang, ketika manusia dihantui oleh degradasi kualitas relasi satu dengan yang lain yang kabur, lisan dan sikap yang sungguh dihantui oleh badai kepalsuan, tipu daya, penghinaan atau berbagai tindak koruptif lainnya.

Apa yang dilukiskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, bisa menjadi satu alarm bagi alam kehidupan bersama. Tulisnya, “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki” (Gal 5:25-2).

Baca Juga: DOA NOVENA ROH KUDUS Hari kesembilan, Sabtu, 28 Mei 2023

Halaman:

Editor: Maximus Ali Perajaka

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Renungan Katolik, Selasa, 03 Oktober 2023

Selasa, 3 Oktober 2023 | 06:59 WIB

SARI FIRMAN,Senin 02 Oktober 2023

Senin, 2 Oktober 2023 | 08:15 WIB

Renungan, Senin, 02 Oktober 2023: Paradigma

Senin, 2 Oktober 2023 | 06:59 WIB

Renungan Katolik, Senin, 02 Oktober 2023

Senin, 2 Oktober 2023 | 06:13 WIB

SARI FIRMAN, Minggu 01 Okrober 2023

Minggu, 1 Oktober 2023 | 08:42 WIB

SARI FIRMAN, Sabtu, 30 September 2023

Sabtu, 30 September 2023 | 08:49 WIB

Renungan Sabtu, 30 September 2023: Jalan Pemurnian

Sabtu, 30 September 2023 | 06:50 WIB
X