Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
KITA telah dan sedang mengkaribkan diri sendiri dengan sesama. Kita memakai sebuah bahasa. Dan kita menganggapnya sebagai 'bahasa persatuan.
Kisah yang kita baca dalam bacaan pertama hari ini sungguh menarik dan menyentak kesadaran kita. Bahasa menjadi sarana yang mempersatukan.
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah.
Anggota Gereja Santa Trindade mengatakan, sudah biasa bagi pendeta dan pengikutnya untuk berpuasa, tetapi tidak selama itu.
Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."
Kej 11:7 Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."
Yesus bertanya lagi kepada mereka, "Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?" Maka Petrus menjawab, "Engkaulah Mesias!"
Pelangi menjadi indah justru karena ia memiliki banyak warna. Ketika setiap warna mendapat tempatnya yang tepat, keserasian terpatri abadi.
TIDAKKAH ziarah injili dan kemuridan itu bentangkan duri-duri penderitaan? Kita mesti belajar menjalanani hidup itu sebagaimana adanya.
Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua.
Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.
Tuhan sudah berikhtiar, "Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan..." (Kej 8:21).
Nuh memliki harapan bahwa daratan telah kering dan ada kehidupan di sana, ada kelimpahan, kemuliaan dan terutama ada perdamaian.
Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh.
Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya.
”Lakukanlah apa yang dapat engkau lakukan, dan jangan cemas mengenai sisanya. Kesulitan-kesulitan ini membuktikan bahwa karya ini Karya-Ku.
Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat?
Apakah kamu degilkah hatinya? Kamu memiliki mata, tidakkah kamu melihat dan kamu memiliki telinga, tidakkah kamu dengar?
Kejahatan merupakan budaya kematian, cinta adalah budaya kehidupan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua