• Rabu, 29 Maret 2023

SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Dari Senegal Ada Spirit “Manko Wutti Ndamli”

- Rabu, 30 November 2022 | 19:13 WIB
Bintang Equador E. Valencia (kuning) dijegal bintang Senegal K. Koulibaly (putih).
Bintang Equador E. Valencia (kuning) dijegal bintang Senegal K. Koulibaly (putih).

Oleh P. Kons Beo, SVD

Senegal dan Ekuador, semula, bagai dua anak sungai. Mengalir di atas satu jalur pasti. Itulah jalur harapan akan satu kemenangan.

Keduanya dibatasi ‘hanya’ oleh seragam berbeda. Pun tentu oleh posisi saling berlawanan. Namun, semuanya itu bersatu padu  semalam di Khalifa International Stadium.

Dan, duel ‘mati hidup’ pun  jadi tak terhindar. Menang berarti harus mengalahkan. Dan ‘mengalah’ artinya segeralah usai semuanya.

Tak ada pilihan lain lagi. Maka, di laga dua kali 45 menit itu, gawang lawan mesti disasar. Ciptakan gol adalah penebalan harapan akan kemenangan.

Baca Juga: Uskup Inggris Melihat Penurunan Jumlah Orang Kristen sebagai Peluang

Senegal bukanlah tim ayam sayur. Dalam lintasan Piala Afrika, Tim bergelar Singa dari Teranga itu adalah Juara Afrika 2021. Di kancah Piala Dunia, Senegal pernah mencapai babak  perempat Final tahun 2002.

Dan di tahun 2002 itu, ada kenangan manis buat Senegal. Prancis, juara bertahan Piala Dunia 1998, dibuat takluk di laga perdana melalui gol tunggal Papa Bouba Diop.

Senegal mulai menata asa. Ismaila Sarr berhasil getarkan jala melalui titik putih. Hernan Galindez, penjaga gawang Ekuador, terkecoh.

Namun, kemenangan sementara Senegal sejak menit 42 itu, berakhir di menit di menit ke 68. Bola yang berawal dari sepakpojok, tiba di kaki Mioses Caicedo. Dia lalu dengan enteng menjebol gawang Edouard Mendy.

 

Namun, sepertinya laga ini tak dinasibkan draw. Kegembiraan hasil seri sementara tak dinikmati lama oleh Ekuador. Hanya dua menit berselang, lagi-lagi gawang Ekuador terjebol.

Dan di menit-menit akhir, Ekuador tetap dalam pertarungan penuh harapan. Sayangnya, semuanya mesti berakhir pasti. Kekalahan yang sulit diterima. Gol cantik si Kalidou Koulibaly terasa kejam untuk kuburkan semua impian.

Di Khalifa International Stadium, sejak pluit akhir berbunyi, harapan kemenangan itu akhirnya sungguh jadi milik Senegal. Luapan senyum dan tawa tak terbendung. Kemenangan telah diraih. Fase berikut telah menanti. Dan harapan mesti ‘ditata baru.’

Halaman:

Editor: Maximus Ali Perajaka

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Teologi Harapan Paus Benediktus XVI

Senin, 27 Februari 2023 | 19:52 WIB

Pergi untuk Tak kembali Lagi

Senin, 30 Januari 2023 | 09:28 WIB

Pesta St. Arnoldus Janssen: Memeluk Luka dalam Kasih

Minggu, 15 Januari 2023 | 17:21 WIB

Wasiat Rohani Paus Emeritus Benediktus XVI

Selasa, 3 Januari 2023 | 11:41 WIB
X