Kons Beo, SVD
Seharusnya gol. Itu yang terjadi di menit 32. Sudah berhadapan dengan penjaga gawang. Dan sebenarnya, tinggal dengan tenang menjebol gawang. Namun, itulah yang gagal dibuat Rodrigo Bentacur. Laju bola terblokir Diogo Costa, penjaga gawang Portugal.
Tentu, ada yang berandai-andai. Sekiranya yang berhadapan satu-satu ‘model begitu’ itu ialah sosok Messi. Gol cantik pasti tercipta. Sssst, lepas dulu pengandaian itu. Ini Uruguay yang main. Bukan Argentina. Tapi, sudahlah. Mari lanjut dengan Portugal vs Uruguay di Lusail Iconic Stadium semalam.
Baca Juga: Renungan Katolik Selasa, 29 November 2022 (Pekan I Adventus, Beato Dionisius & Beato Redemptus)
Jelas terlihat. Di menit-menit awal, Portugal serasa leluasa kuasai bola. Walau tak ada ancaman gawang yang mendebarkan. Aura sediki berubah. Lewati menit ke 30-an itu, perlahan namun pasti, Uruguay ‘mulai perlahan panas.’ Mulai unjuk kekuatan yang patut di perhitungkan. Pepe dkk di barisan belakang nampak kerepotan. Dan harus ‘ada kerja keras sedikit.’
Saling serang mulai terbaca. Hingga ke menit 32 itu, yang seharusnya berbuah gol bagi Uruguay. Di menit 53, satu tendangan melambung Bruno Fernandez yang dibayangi lompatan Ronaldo, buahkan gol. Unggul sementaranya Portugal menghentak Urugay untuk harus bertarung sejadinya.
Sayangnya, serangan demi serangan tetap terblok. Tak ada lagi ancaman yang memang amat membahayakan Portugal. Tapi, ini memang tak berarti permainan hilang keseruannya. Tidak demikian. Masuknya Luis Soarez, sebagai pengganti, serasa kurang berpengaruh demi Uruguay. Walau ada yang berkoment, seperti ingin membangkitkan aura el clasico la lega kontra Pepe dan Ronaldo. Suarez sudah tak garang lagi.
Baca Juga: Doa Katolik selama Masa Adven: Menyiapkan Diri Menyambut Tuhan
Iya, sudahlah. Uruguay, kali ini, harus akui kehebatan Timnas Portugal. Dua gol Bruno Fernandez memang jadi petaka. Namun, masih ada kesempatan lain untuk hancurkan Portugal. Tetapi, dari pertandingan Portugal vs Uruguay, masih ada satu hal yang ternilai ‘keistimewaan.’
‘Keistimewaan’ itu bukan pada CR 7. Bukan pada kegarangan Pepe yang biasanya cenderung main kasar ‘kuda kayu.’ Bukan pada adegan seorang suporter ‘yang tembus masuk stadion.’ Bukan pada nasib Uruguay, yang hingga pertandingan kedua di penyisihan grup itu, tak ciptakan satu gol pun. Semuanya bukan!
“Aura balas dendam.” Iya, gelora untuk kalahkan Uruguay itulah yang terhembus. Tidak kah itu strategi psikologis untuk satu tindakan balas dendam Portugal terhadap Uruguay. Rasa sakit hati dibangkitkan. Bara kemarahan ditiup-tiup.
Baca Juga: Bacaan Injil, Selasa, 29 November 2022: Minggu I Adven
Artikel Terkait
SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Di Qatar, Messi Memang Bukan Messiah Lagi?
SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Portugal dan Brazil: Itulah Sisi Kehidupan Kita
SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Cody Gakpo Bintang Belanda yang Cemerlang
SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Timnas Iran, di Satu Kemenangan yang Berkabut
SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Mengintip ‘Jejak Katolik’ pada Peserta Piala Dunia FIFA 2022, Grup C
SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Mengintip ‘Jejak Katolik’ pada Peserta Piala Dunia FIFA 2022, Grup D
SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Tim Katolik menunjukkan Iman Mereka di Pesta Bola Dunia
SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Paus Fransiskus Menyapa Pemain dan Penggemar Sepak Bola
SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Spanyol vs Jerman Berakhir Seri: Hansi Flick Pemenangnya
SEPUTAR PIALA DUNIA 2022: Mengintip ‘Jejak Katolik’ pada Peserta Piala Dunia FIFA 2022, Grup E